Cerewet

Posted: 2010/11/01 in Cerita

Pada dasarnya saya adalah orang yang senang bercerita, banyak tanya, dan selalu pengen tahu. Namun saya membatasi diri untuk tidak terlalu cerewet di depan orang lain.  Saya hanya cerewet di depan orang-orang yang mampu (baca: tanpa segan) menghentikan kecerewetan saya bila mereka bosan atau mereka yang dengan ikhlas mendengarkan semua yang keluar dari mulut saya. Ama (ibu) dan daeng (suami) adalah contoh dua orang yang sering menjadi korban kecerewetan saya. Semenjak menjadi seorang ibu, saya merasa tingkat kecerewetan saya bertambah, dan merambah ke hal-hal yang dulunya saya tidak pedulikan, seperti urusan kerumahtanggaan.

Di lain waktu dan di tempat yang berbeda, saya bisa menjadi orang yang sangat pendiam. Terutama di lab karena kendala bahasa dan interest. Anak-anak lab sering saya curi-curi dengar mereka sering membicarakan masalah makanan dan tempat makan mana yang akan dikunjungi nanti ketika makan siang ato malam. Sampai-sampai mereka melist beberapa daftar tempat makan dan menuliskan di potongan-potongan kertas. Setiap potongan kertas di tempat di salah satu ujung sumpit bambu yang mereka dapat setiap membeli nasi bungkus yang tidak pernah mereka gunakan karena alasan tidak sehat.  Saya mengira-ngira ada sekitar 30 an sumpit yang berarti ada 30 list rumah makan. Semua sumpit tadi di masukkan ke dalam gelas stereoform bekas pakai. Setiap mereka akan makan siang ato malam, mereka mengocok gelas stereoform tersebut dan memilih salah satu sumpit. Sumpit yang terpilih berarti tulisan rumah makan di sumpit itulah yang akan mereka tuju. Kreatif sih. Namun betapa borosnya mereka dalam mengeluarkan waktu dan uang hanya untuk sekedar makan. Hmm..tapi sebenarnya ini wajar untuk orang taiwan karena menurut guru les gratis mandarin saya, orang taiwan sangat menghargai jadwal makan sehingga jangan ada sekali-kali orang yang menggangu mereka ketika sedang makan. Waktu makan adalah waktu yang sangat spesial. Saya melantur kemana-mana, namun intinya saya awalnya sungguh tersiksa berada dalam keheningan di lab. Seiring berjalannya waktu saya menjadi terbiasa dan menikmati dunia saya di lab dengan tidak harus mengobrol dengan alasan berbasa-basi. Saya bisa dengan bebas melakukan apapun tanpa harus ditanya-tanya seperti lab ketika s2 dulu. Ya..semua ada kelebihan dan kekurangannya.

Alhasil setiap malam hari, daeng menjadi sasaran penumpahan kebutuhan mulut saya untuk berkomunikasi. Hahaha..kasihan sekali daeng harus mendengarkan ceracau saya. Namun sering saya bertanya, apa abi tidak bosan mendengarkan omongan ummi? Dengan santai dia mengatakan, kalo ummi diam saja rumah akan sepi dan kalo ummi diam berarti ada apa-apa dengan ummi. Duh senangnya mendengar abi mengatakan hal itu. Padahal  kalo boleh jujur, saya ketika sedang konsentrasi, dan abi sedang ketiban cerewet, rasanya mendengarkan omongan abi adalah hal yang sangat berat. hihi…istri tidak sopan. Namun itu jarang terjadi kok. Abi memang kadang susah kalo disuruh bercerita. Kalo abi sedang cerewet berarti itu adalah kejadian langka. Kalo dipaksa-paksa bercerita, yang ada abi cerita topik yang sama namun berbeda penyampaian. Topik cerita abi adalah tentang sosok pangeran berkuda putih..lucu deh dengar kalo abi sedang bercerita.

Ya sudahlah, dicukupkan saja tentang kecerewetan ini. Saatnya belajar untuk persiapan midterm.

Comments
  1. ndutyke says:

    Hehe. Beda ama abiku. Abiku cerewet. Suka bercerita hal yg aku gak paham. Alhasil cerita2nya jadi gak kudengarkan….. Salam kenal dr Surabaya 🙂

Leave a comment